Kamis, 24 Januari 2013

Mengenal Salaf dan Salafi Oleh: Ustadz Muhammad Abduh

Para pembaca yang budiman -semoga Allah menunjuki kita kepada kebenaran-. Salaf dan salafi mungkin merupakan kata yang masih asing bagi sebagian orang atau kalau toh sudah dikenal namun masih banyak yang beranggapan bahwa istilah ini adalah sebutan bagi suatu kelompok baru dalam Islam. Lalu apa itu sebenarnya salaf? Dan apa itu salafi? Semoga tulisan berikut ini dapat memberikan jawabannya.

Pengertian Salaf
Salaf secara bahasa berarti orang yang terdahulu, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah yang artinya, “Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut). Dan Kami jadikan mereka sebagai SALAF dan contoh bagi orang-orang yang kemudian.” (QS. Az Zukhruf: 55-56), yakni kami menjadikan mereka sebagai SALAF -yaitu orang yang terdahulu- agar orang-orang sesudah mereka dapat mengambil pelajaran dari mereka (salaf). Oleh karena itu, Fairuz Abadi dalam Al Qomus Al Muhith mengatakan, “Salaf juga berarti orang-orang yang mendahului kamu dari nenek moyang dan orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan denganmu.” (Lihat Al Manhajus Salaf ‘inda Syaikh al-Albani, ‘Amr Abdul Mun’im Salim dan Al Wajiz fii Aqidah Salafish Sholih, Abdullah bin Abdul Hamid Al Atsary)

Kajian Islam Umum, Membahas Tauhid Bersama Ustadz Fadhel Ahmad


Pluralisme Agama; Trend Pemikiran Semua Agama adalah Sama (?) Oleh: Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc

Pluralisme agama (religious pluralism) adalah di antara ide yang diusung oleh orang-orang yang berpemahaman liberal. Trend pemikiran yang dibangun diatas dasar kebebasan berkeyakinan ini telah melabrak salah satu pilar terpenting dalam kehidupan beragama; yaitu tentang klaim kebenaran (truth claim) pada setiap agama yang diyakini pemeluknya. Hakikatnya, pluralisme agama adalah agama baru yang mencoba meruntuhkan nilai-nilai fundamental agama-agama, termasuk Islam.
Pluralisme adalah sebuah asumsi yang meletakkan kebenaran agama-agama sebagai kebenaran yang relatif dan menempatkan agama-agama pada posisi setara, apapun jenis agama itu. Pluralisme agama meyakini bahwa semua agama adalah jalan-jalan yang sah menuju tuhan yang sama. Atau, paham ini menyatakan, bahwa agama adalah persepsi manusia yang relatif terhadap tuhan yang mutlak, sehingga –karena kerelatifannnya- maka seluruh agama tidak boleh mengklaim atau meyakini bahwa agamanya yang lebih benar dari agama lain atau meyakini hanya agamanya yang benar.[1]
Pluralisme jelas bertolak belakang dengan Islam karena Allah telah menyatakan dalam al Quran bahwa:

Jumat, 04 Januari 2013

دراسة ما روي في باب ما يقول الرجل إذا خدرت رجله


السؤال:
ورد عن ابن عمر في " الأدب المفرد " أنه إذا تخدَّرت قدمه ذكر النبي صلى الله عليه وسلم ، فهل هذا العمل مشروع ؟


الجواب :
الحمد لله
أولا :
مدار أسانيد هذا الأثر على أبي إسحاق السبيعي ، رواه عنه خمسة من أصحابه ، وهم :
سفيان الثوري ، وزهير بن معاوية ، وشعبة ، وإسرائيل بن يونس ، وأبو بكر بن عياش .
ولكنهم اختلفوا في رواية الأثر عن أبي إسحاق على أوجه :
1- سفيان الثوري وزهير بن معاوية ، عن أبي إسحاق ، عن عبد الرحمن بن سعد قال :
( خدرت رجل ابن عمر ، فقال له رجل : اذكر أحب الناس إليك . فقال : محمد )
رواه البخاري في " الأدب المفرد " (رقم/964)، والدارقطني في " العلل " (13/242) عن سفيان الثوري باللفظ السابق ، إلا أنه عند

Kamis, 03 Januari 2013

Perbedaan Ulama Ahli Hadits Dalam Jarh wa Ta’dil adalah Ijtihadiyyah

Perbedaan Ulama Ahli Hadits Dalam Jarh wa Ta’dil
Uraian berikut ini mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua agar paham bahwa perkara jarh wa ta’dil adalah perkara ijtihadiyah, jangan seorang gampang melecehkan manusia hanya karena perkara
ini, dan sebaiknya mereka hati-hati menjaga lisan-lisan mereka, kecuali ketika para imam sepakat mencela seorang figur maka umat pun harus merujuk kepada kesepakatan mereka.

----------------------------------------------------

Kisah Al-Hafizh Adz-Dzuhali dan Imam Bukhori

Berkata Al-Hafidz Adz-Dzahabi dalam Tadzkirah al-Hufadz (2/87), tentang Muhammad ibn Yahya Adz-Dzuhali :

الذهلي الإمام شيخ الإسلام حافظ نيسابور أبو عبد الله محمد بن يحيى بن عبد الله بن خالد بن فارس النيسابوري

“adz-Dzuhali adalah al-Imam Syaikhul Islam, Hafidz kota Nisabur, Abu Abdillah Muhammad ibn Yahya ibn Abdullah ibn Khalid ibn Faris An-Nisaburi”.

Beliau menjelaskan:

Kajian Islam Kota Kendal