Selasa, 25 Desember 2012

PERAYAAN NATAL BERSAMA

KEPUTUSAN KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG
                    PERAYAAN NATAL BERSAMA
 
Memperhatikan:
1. Perayaan Natal Bersama pada akhir-akhir ini
   disalahartikan oleh sebagian ummat Islam dan disangka sama
   dengan ummat Islam merayakan Maulid Nabi Besar Muhammad Saw.
2. Karena salah pengertian tersebut ada sebagian orang Islam
   yang ikut dalam perayaan Natal dan bahkan duduk dalam
   kepanitiaan Natal.
3. Perayaan Natal bagi orang-orang Kristen adalah merupakan
   Ibadah.
 
Menimbang:

Senin, 17 Desember 2012

SURURIYAH (edisi lengkap) oleh: Asy-Syaikh Muqbil Al Wadi'i -Rahimahullah- Penterjemah: Al Ustadz Ja'far Shalih Hafidhohullah ( Murid Asy-Syaikh Muqbil Al Wadi'i )

بسم الله الرحمن الرحيم

Kapan seseorang (boleh) dicap misalnya dengan (lebel) sururi atau turatsi?

Tanya-jawab bersama: Asy-Syaikh Muqbil Al Wadi’i –Rahimahullah

Tanya-jawab ini berlangsung di masjid Darul Hadits Dammaj pada tanggal 31 Mei 1999 Masehi

Tanya: Kapan seseorang (boleh) dicap misalnya dengan (lebel) sururi atau turatsi, kemudian apabila seseorang dicap dengan lebel demikian, apakah lebel ini berarti bahwa orang itu mubtadi’?

Jawab: Seseorang dicap dengan lebel sururi apabila ia mengetahui pendapat-pendapat Muhammad Zainul Abidin, ya (seorang) pimpinan sururiyah. Maka apabila seseorang mengetahui perkataan-perkataannya dan mengambilnya (sebagai ajaran) dan menyerang ulama, ya mereka mengatakan ulama tidak memahami waqi’ (realita).

Ndak setiap orang yang ada muamalah dengan Ihya' at-Turots, ada muamalah dengan Sururiyah, misalnya, langsung ia diberi cap, “Sururi,” atau, “Turotsi.” : Ustâdz Dzulqarnain حفظه الله

Oleh Abû Hibbân Alfadânî pada 3 Februari 2012 pukul 8:55

Dijawab dan dijelaskan oleh: Ustâdz Dzulqarnain bin MuhammadSunusi حفظه الله
(Murid Syaikh Muqbil al-Wad'i - Yaman & Syaikh Shâlih al-Fauzân - Saudi)

PERTANYAAN: “Apakah Yayasan Ihya' at-Turots, yayasan yang menyimpang?”

JAWABAN: “Kalau dia Ahlissunnah, tidak ada yang meragukan hal ini. Kalau dia Ahlissunnah.”

PERTANYAAN: “Apakah boleh menuntut ilmu dengan para asatidzah yang membela dari yayasan tersebut?”

JAWABAN:
“Kalau ini ada rinciannya. Ada rinciannya. Dan, keliru pada banyak ikhwan, mereka salah dalam membedakan. Kadang tahu, Sururiyah itu berbahaya. Itu adalah hizbiyah, penuh dengan pelanggaran. Ihya' at-Turots menyimpang, hizbi. Dia mengerti. 

Tapi, dalam menyikapi orang per orang, disitu banyak kekeliruan.

Sebab, ndak setiap orang yang ada muamalah dengan Ihya' at-Turots, ada muamalah dengan Sururiyah,

Ayo Shalat………………………! Katanya Muslim?! Oleh: Fadhel Ahmad

Kira-kira apa jawaban kamu kalo ada temanmu ngajak untuk shalat ? So pasti, kalo kamu bener-bener muslim tentu langsung aja ikut ke mushalla atau masjid terdekat, kecuali kalo cewek mungkin pas ada “tamu bulanan”. Tapi coba lihat sekeliling kita ,nggak usah jauh-jauh lihat aja di sekolah kita, lebih banyak mana pas istirahat kedua antara yang shalat ama yang sekedar nongkrong-nongkrong di kantin and mojok di belakang sekolah, banyak mana?! kamu bisa lihat sendiri. Mungkin kita bisa berhusnudzon kalo mereka ngerjain di rumah tapi kan kadang pas kita pulang bareng ama sebagian mereka kita tunggu eh nggak shalat –shalat juga. Maka dari itu biar kita lebih ngerti dan semangat untuk ngelakuin ibadah yang satu ini serta nggak coba –coba ngeremehin aku tuliskan sedikit tentang hal –hal yang terkait dengan shalat, tentang keutamaannya, kewajibannya, apa hukum orang yang meninggalkannya dll. Moga-moga aja bermanfaat buat kita-kita semua, Amien. ……! Q ucapkan met baca aja

Kamis, 06 Desember 2012

Kajian Islam Rutin MALAM SENIN



Hadirilah Kajian Islam Umum Rutin Setiap Ahad malam Senin

Materi : Tauhid
Kitab   : Al Mulakkhosh Fi Syarhi Kitabit Tauhid Karya Syaikh Dr Shalih Al Fauzan
Pemateri : Ustadz Fadhel Ahmad 
Waktu : Ba’da Maghrib – Isya’
Tempat : Musholla Al Muwahhid
               Jl Sawahjati no 5 Kaliwunggu Kendal Jawa Tengah

Contak Person:
1.      Ustadz Fadhel Ahmad : 085 3260 99261
2.      Mochammad Rifa’i Hasan : 081 2285 9635
3.      Abdurrahman  : 088806465035
4.      Abdul Ghoffar : 081 2286 16254

Anda bisa mendapatkan scan kitab diatas di http://www.waqfeya.com/book.php?bid=1980

Minggu, 25 November 2012

KOLEKSI DUSTA PEMERINTAH IRAN Oleh: Ustadz Firanda, Lc. MA

KOLEKSI DUSTA PEMERINTAH IRAN
Kalau Nggak Bohong, Bukan Syi'ah Namanya !!!
Al-Imam Asy-Syafii berkata :

لَمْ أَرَ أَحَدًا أَشْهَدَ بِالزُّورِ مِنَ الرَّافِضَةِ

"Aku tidak melihat seorangpun yang paling bersaksi dusta lebih dari para Rofidhoh" (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam As-Sunan al-Kubro no 21433)
Kalau tidak hobi dusta bukan syi'ah namanya…wong taqiyyah (berdusta) merupakan aqidah yang prinsipil bagi kaum syi'ah.
Ternyata Imam Syafi'i rahimahullah telah mewanti-wanti sejak jauh-jauh hari bahwasanya syi'ah memang hobinya suka berdusta. Yang menyedihkan adalah berita dusta yang disebarkan syi'ah ini disambut dan ikut disebarkan pula oleh banyak kaum yang mengaku aswaja....
Sejak dahulu hingga saat ini banyak dusta konyol yang disebarluaskan tentang kaum wahabi. Orang yang berakal sehat tentunya tatkala membaca dusta-dusta konyol itu akan tertawa dan dipenuhi tanda tanya akan kebenarannya.
Sungguh terlalu banyak tuduhan dusta yang ditempelkan kepada sosok Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah. Diantara tuduhan-tuduhan dusta tersebut adalah :

Senin, 19 November 2012

Sikap Ulama Terhadap Konflik Palestina Yahudi

Berikut penjelasan yang disampaikan oleh Fadhilatusy Syaikh Prof. Dr Muhammad bin ‘Umar Bazmul hafizhahullah ketika beliau menjawab pertanyaan tentang sikap dan kewajiban kita terkait dengan peristiwa yang menimpa saudara-saudara kita di Ghaza (Gaza), Palestina. Penjelasan ini beliau sampaikan pada hari Senin, 9 Muharram 1430 H, dalam salah satu pelajaran yang beliau sampaikan, yaitu pelajaran syarh kitab Fadhlul Islam. Apa yang disampaikan sebenarnya merupakan sikap secara umum dalam menyikapi konflik Palestina-Yahudi yang terus saja berlangsung.
Kewajiban terkait dengan peristiwa yang menimpa saudara-saudara kita kaum muslimin di Jalur Ghaza Palestina baru-baru ini adalah sebagai berikut:
Pertama:
Merasakan besarnya nilai kehormatan darah (jiwa) seorang muslim. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ibnu Majah (no. 3932) dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Umar c berkata: Saya melihat Rasulullah n sedang thawaf di Ka’bah seraya beliau berkata (kepada Ka’bah):
مَا أَطْيَبَكِ وَأَطْيَبَ رِيحَكِ، مَا أَعْظَمَكِ وَأَعْظَمَ حُرْمَتَكِ، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَحُرْمَةُ الْمُؤْمِنِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ حُرْمَةً مِنْكِ، مَالِهِ وَدَمِهِ
“Betapa bagusnya engkau (wahai Ka’bah), betapa wangi aromamu, betapa besar nilai dan kehormatanmu. Namun, demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh kehormatan seorang mukmin jauh lebih besar di sisi Allah dibanding engkau, baik kehormatan harta maupun darah (jiwa)nya.”2
Dalam riwayat At-Tirmidzi (no. 2032) dengan lafadz: Dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Umar c, bahwa Rasulullah n naik ke atas mimbar kemudian beliau berseru dengan suara yang sangat keras seraya berkata:
يَا مَعْشَرَ مَنْ قَدْ أَسْلَمَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يُفْضِ الْإِيمَانُ إِلَى قَلْبِهِ! لاَ تُؤْذُوا الْمُسْلِمِينَ! وَلاَ تُعَيِّرُوهُمْ! وَلاَ تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ! فَإِنَّهُ مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيهِ

Amalan Puasa 'Asyura Oleh: Ustadz Muhammad Abduh

Alhamdulillah, saat ini kita telah berada di bulan Muharram. Mungkin masih banyak yang belum tahu amalan apa saja yang dianjurkan di bulan ini, terutama mengenai amalan puasa. Insya Allah kita akan membahasnya pada tulisan kali ini. Semoga bermanfaat.
Dianjurkan Banyak Berpuasa di Bulan Muharram
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mendorong kita untuk banyak melakukan puasa pada bulan tersebut sebagaimana sabdanya,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah - Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.”[1]
An Nawawi -rahimahullah- menjelaskan, “Hadits ini merupakan penegasan bahwa sebaik-baik bulan untuk berpuasa adalah pada bulan Muharram.”[2]
Lalu mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diketahui banyak berpuasa di bulan Sya’ban bukan malah bulan Muharram? Ada dua jawaban yang dikemukakan oleh An Nawawi.
Pertama: Mungkin saja Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam baru mengetahui keutamaan banyak berpuasa di bulan Muharram di akhir hayat hidup beliau.

Kamis, 08 November 2012

Khilafah Diatas Manhaj Nubuwwah Oleh: Ustadz Abu Abdillah Luqman Ba’abduh

Memahami bagaimana bentuk Khilafah Islamiyyah yang pernah diraih oleh generasi terbaik umat ini adalah salah satu bentuk kajian yang penting. Dengan pemahaman yang benar itu, kita bisa mencermati berbagai gerakan yang menyerukan berdirinya khilafah, sesuaikah gerakan mereka dengan tuntunan Rasulullah? Bagaimana pula langkah utama yang harus ditempuh agar Allah memberikan kembali sebuah khilafah kepada kaum muslimin?
Judul di atas merupakan cuplikan dari sebuah hadits nabawi yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dari shahabat Hudzaifah:
“Akan ada masa kenabian pada kalian selama yang Allah kehendaki, Allah mengangkat atau menghilangkannya kalau Allah menghendaki. Lalu akan  ada masa khilafah di atas manhaj nubuwwah selama Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya jika Allah menghendaki. Lalu ada masa kerajaan yang sangat kuat selama yang Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya bila Allah menghendaki. Lalu akan ada masa kerajaan (tirani) selama yang Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya bila Allah menghendaki. Lalu akan ada lagi masa kekhilafahan di atas manhaj nubuwwah.“ Kemudian beliau diam.” (HR. Ahmad, 4/273, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 5)

Minggu, 28 Oktober 2012

Membantah Penyelisih Kebenaran Oleh: Fadhel Ahmad



Diantara prinsip yang telah mantap tertancap dikalangan salafiyah ahlussunnah wal jama’ah adalah membantah orang-orang yang menyelisihi. Bahkan mereka memandang hal ini sebagai bentuk amar ma’ruf nahi munkar dan juga nasehat dan ini ditunjukan oleh al qur’an as sunnah dan ijma’
Allah perintahkan dalam al-qur’an
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (١٠٤)
 dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[1]; merekalah orang-orang yang beruntung.( Qs ali Imran 104 )
Dan tidak adanya bentuk amar ma’ruf nahi mungkar merupakan sebuah bencana pada suatu umat
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (٧٨)كَانُوا لا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ (٧٩)
telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. 79. mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan Munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. ( Qs al Ma’idah 78-79 )
Maka dari itu ahlussunnah sangat menyadari akan pentingnya membantah penyimpangan dan penyelisihan terhadap agama. Prinsip ini diselisihi oleh kalangan ahlul bi’dah dan para pengekor hawa nafsu.
Syaikh Dr Abdussalam assuhaimi berkata:

Sabtu, 27 Oktober 2012

Mengenal Lebih Dekat Al-Imam Muhammad bin ‘Idris Asy-Syafi’i Oleh: Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc

Ulama adalah pewaris para nabi. Keberadaannya di tengah umat bagai pelita dalam kegelapan. Titah dan bimbingannya laksana embun penyejuk dalam kehausan. Keharuman namanya pun seakan selalu hidup dalam sanubari umat.
Dengan segala hikmah dan kasih sayang-Nya, Allah l yang Maha Hakim lagi Maha Rahim tak membiarkan umat Islam –dalam setiap generasinya– lengang dari para ulama. Diawali dari para sahabat Nabi n manusia terbaik umat ini, kemudian dilanjutkan oleh para ulama setelah mereka, dari generasi ke generasi. Orang-orang pilihan pewaris para nabi yang selalu siaga membela agama Allah l dari pemutarbalikan pengertian agama yang dilakukan oleh para ekstremis, kedustaan orang-orang sesat dengan kedok agama, dan penakwilan menyimpang yang dilakukan oleh orang-orang jahil. Di antara para ulama tersebut adalah Al-Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i t. Seorang ulama besar umat ini yang berilmu tinggi, berakidah lurus, berbudi pekerti luhur, lagi bernasab mulia.

Nama dan garis keturunan Al-Imam Asy-Syafi’i
Nama Al-Imam Asy-Syafi’i adalah Muhammad bin Idris. Beliau berasal dari Kabilah Quraisy yang terhormat (Al-Qurasyi), tepatnya dari Bani Al-Muththalib (Al-Muththalibi) dan dari anak cucu Syafi’ bin As-Saib (Asy-Syafi’i). Adapun ibu beliau adalah seorang wanita mulia dari Kabilah Azd (salah satu kabilah negeri Yaman). Kunyah beliau Abu Abdillah, sedangkan laqab (julukan) beliau Nashirul Hadits (pembela hadits Nabi n). Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi Muhammad n pada Abdu Manaf bin Qushay, sebagaimana dalam silsilah garis keturunan beliau berikut ini:

Napak Tilas Perjalanan Hidup al-Imam Abul Hasan Al-asy’ari Oleh: Ustadz Ruwaifi bin Sulaimi, Lc

Mengkaji biografi ulama dan becermin dari perjalanan hidup mereka adalah bekal utama menjalani kehidupan. Padanya terdapat berbagai pengajaran berharga (ibrah) dan nilai-nilai keteladanan yang sangat berguna bagi setiap insan. Betapa banyak jiwa yang lalai menjadi taat, yang sekarat menjadi sehat, yang lemah menjadi kuat, dan yang tersesat menjadi terbimbing di atas jalan kebenaran.
Di antara para ulama yang mulia itu adalah al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari t, sang pencari kebenaran. Beliau adalah seorang ulama terkemuka dari keturunan sahabat Abu Musa al-Asy’ari z yang asal-usulnya dari negeri Yaman. Perjalanan hidup beliau pun sangat menarik untuk disimak dan dijadikan bahan renungan, mengingat ada tiga fase keyakinan yang beliau lalui. Fase pertama bersama Mu’tazilah, fase kedua bersama Kullabiyah, dan terakhir bersama Salafiyah Ahlus Sunnah wal Jamaah setelah mendapatkan hidayah dari ar-Rahman.

Nama beliau kesohor di berbagai penjuru dunia sebagai panutan mazhab Asy’ari (yang hakikatnya adalah mazhab Kullabiyah), padahal itu adalah fase kedua dalam kehidupan beragama yang telah beliau tinggalkan. Beliau pun wafat dalam keadaan berpegang teguh dengan manhaj salaf, Ahlus Sunnah wal Jamaah, satu-satunya jalan kebenaran yang diwariskan oleh Rasulullah n dan para sahabatnya yang budiman.

Al Imam Asy Syaukani Imam Besar dari Yaman Oleh: Ustadz Zainul Arifin

Nasab dan Kelahiran Beliau
Nama beliau adalah Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad bin Abdullah Asy-Syaukani kemudian  Ash-Shan’ani. Asy-Syaukani adalah nisbah kepada Hijrah Syaukan yakni suatu daerah yang jaraknya dengan Shan’a dapat ditempuh dengan perjalanan kurang dari satu hari, dan merupakan penisbahan dari ayahnya. Adapun Ash-Shan’ani adalah nisbah kepada Shan’a, ibukota Yaman.
Beliau dilahirkan di Hijrah Syaukan, di tengah hari pada hari Senin, 18 Dzulqa’dah 1173 H. Beliau adalah seorang imam, Al-’Allamah (yang benar-benar pandai), Ulama Rabbani, imamnya para imam, mufti (pemberi fatwa) umat ini, lautan ilmu, mataharinya pemahaman, syaikhul Islam, teladan bagi manusia, orang terpandai di zamannya, juru penjelas Al Qur`an dan Al-Hadits, satu-satunya orang yang tiada bandingannya (di zamannya), mujtahid yang terakhir, pimpinan orang-orang yang bertauhid, mahkota bagi pengikut Rasulullah n, pemilik karya-karya (buku) yang belum pernah ada yang mendahuluinya dengan hasil karya yang semisalnya.
Pertumbuhan dan Kehidupan Beliau t dalam Menuntut Ilmu
Beliau hidup di Shan’a dan dididik di bawah asuhan ayahnya, seorang qadhi (hakim) di Shan’a dan termasuk deretan para ulama yang unggul dan tersohor di sana. Mulailah beliau menuntut berbagai disiplin ilmu dan juga mendengar ilmu dari ulama-ulama ternama. Beliau tumpahkan seluruh jiwa dan raganya dalam menuntutnya, berusaha keras dan sungguh-sungguh didalamnya. Beliau tidak disibukkan oleh aktivitas-aktivitas lain yang dapat merintangi jalannya dari thalabul ‘ilmi.

Siapakah Wahabi Oleh: Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc

Mereka adalah kaum kafir Eropa; Inggris, Prancis dan lain-lain, Daulah Utsmaniyyah, kaum Shufi, Syi’ah Rafidhah, Hizbiyyun dan pergerakan Islam; Al-Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Al-Qaeda, dan para kaki tangannya. (Untuk lebih rincinya lihat kajian utama edisi ini/ Musuh-Musuh Dakwah Tauhid)
Bentuk permusuhan mereka beragam. Terkadang dengan fisik (senjata) dan terkadang dengan fitnah, tuduhan dusta, isu negatif dan sejenisnya. Adapun fisik (senjata), maka banyak diperankan oleh Dinasti Utsmani yang bersekongkol dengan barat (baca: kafir Eropa) –sebelum keruntuhannya–. Demikian pula Syi’ah Rafidhah dan para hizbiyyun. Sedangkan fitnah, tuduhan dusta, isu negatif dan sejenisnya, banyak dimainkan oleh kafir Eropa melalui para missionarisnya, kaum shufi, dan tak ketinggalan pula Syi’ah Rafidhah dan hizbiyyun.2 Dan ternyata, memunculkan istilah ‘Wahhabi’ sebagai julukan bagi pengikut dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, merupakan trik sukses mereka untuk menghempaskan kepercayaan umat kepada dakwah tauhid tersebut. Padahal, istilah ‘Wahhabi’ itu sendiri merupakan penisbatan yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz berkata: “Penisbatan (Wahhabi -pen) tersebut tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Semestinya bentuk penisbatannya adalah ‘Muhammadiyyah’, karena sang pengemban dan pelaku dakwah tersebut adalah Muhammad, bukan ayahnya yang bernama Abdul Wahhab.” (Lihat Imam wa Amir wa Da’watun Likullil ‘Ushur, hal. 162)

Sejarah Hidup Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Oleh: Ustadz Abu Muhammad Harits

Ahli bid?ah dan ahlul batil senantiasa memiliki kepentingan dan ambisi di bawah payung kebid?ahan mereka. Setiap kali muncul ulama As-Sunnah yang menghadang mereka maka runtuhlah kepentingan dan ambisi tersebut. Sehingga merekapun berusaha menjauhkan kaum muslimin dari ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah.


Sunnatullah sendiri berlaku pada setiap hamba-Nya, Dia menggilirkan kemenangan itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Kadang Ahlus Sunnah wal Jamaah yang berkuasa, kadang ahli bid?ah dan sesat yang menjajah.
Salah satu tanda kekuasaan dan taufik Allah Subhanahu wa Ta?ala adalah memunculkan di tiap seratus tahun, tokoh yang mengembalikan kemurnian ajaran Islam ini bagi para pemeluknya. Sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ?alaihi wa sallam:
إِنَّ اللهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا
?Sesungguhnya Allah membangkitkan bagi umat ini, di tiap ujung seratus tahun, orang yang mengembalikan kemurnian ajaran Islam ini bagi pemeluknya.? (HR. Abu Dawud no. 3740)
Di antara para mujaddid (pembaru) tersebut adalah Syaikhul Islam Taqiyyuddin Abul ?Abbas Ahmad bin ?Abdul Halim bin ?Abdus Salam bin ?Abdullah bin Al-Khadhir bin Muhammad bin Al-Khadhir bin ?Ali bin ?Abdullah bin Taimiyah Al-Harrani Ad-Dimasyqi Al-Hanbali. Semoga Allah Subhanahu wa Ta?ala melimpahkan rahmat-Nya yang luas dan menempatkan beliau di dalam surga-Nya.

Jumat, 26 Oktober 2012

Seputar Hari-Hari Tasyriq Oleh: Ustadz Dzulqarnain

Hari-hari Tasyriq merupakan hari-hari yang sangat agung. Itulah hari-hari yang disebutkan dalam firman Allah ‘Azza wa Jalla,
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
“Dan berdzikirlah kalian (dengan menyebut nama) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.” [Al-Baqarah: 203]
Yang dimaksud dengan “beberapa hari yang berbilang” dalam ayat adalah hari-hari Tasyriq. Beberapa ulama menyebut bahwa tidak ada silang pendapat tentang hal tersebut.
Yang dimaksud dengan hari-hari Tasyriq adalah tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Tasyriq berarti memanasi sesuatu di bawah terik matahari. Disebut ­demikian karena, pada hari-hari itu, manusia memotong kemudian menjemur daging hewan qurban dan sembelihan mereka di bawah terik matahari.

Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam juga menjelaskan tentang hari-hari Tasyriq ini. Dari Nubaisyah Al-Hudzaly radhiyallâhu ‘anhu, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ ، وفي رواية ، وَذِكْرٍ لِلَّهِ
“Hari-hari Tasyriq adalah hari-hari makan dan minum,” dalam sebuah riwayat (disebutkan), “Serta (hari-hari) berdzikir kepada Allah.” [1]

Sabtu, 13 Oktober 2012

Karena Mengkafirkan Pemerintah Mereka Meneror Indonesia Oleh: Fadhel Ahmad

Para Teroris yang Mengunakan nama Islam Memiliki Dasar Dalam Perbuatan Teror Mereka, Yaitu Pemerintah Indonesia Kafir Karena Tidak Berhukum Dengan Hukum Islam Malah Membuat Undang-Undang Sendiri " Al-Qowanin Al-Wadh'iyyah ".

Ok, Sekarang Masalah Membuat UUD Sendiri dan mengantikan Syari'ah Islam Adalah Sebuah Kekufuran Sebagaimana Di Terangkan Sebagian Ulama, Dan hal Ini Juga Bisa Dilihat dari I

jma' Ulama Terkait UU Jengis Khan Ilyasiq Yang di Fatwakan Sebagai Kekufuran Oleh Semacam Imam Ibnu Katsir.

Tetapi Yang Perlu Di Garis Bawahi bahwa Itu Namanya Pengjafiran Muthlaq, Yaitu Ucapan: Siapa yang melakukan Ini dan Ini maka Kafir, Siapa yang Mengucapkan Ini dan Ini Maka Kafir, Siapa yang Meyakini ni dan Ini maka kafir.

Dan Untuk Mengatakan: Si A kafir Si B Kafir Ini Butuh Kepada Iqomatul Hujjah ( Tegaknya Argumen ). Inilah Ynag disebut Pngkafiran Secara Mu'ayyan ( Vonis Individu Tertentu )

Sehingga Masyhur Dikalangan Salaf Ungkapan

التكفير المطلق لا يستلزم التكفير المعين
Pengkafiran Secara Muthlaq Tidak Melazimkan Pengkafiran Secara Vonis Individu

Artinya
وقوع المرء في المكفرات لا يلزم كفره
Tidak Setiap Orang Yang terjatuh Dalam Ucapan, Perbuatan atau Keyakinan Kufur Dia Di Vonis Sebagai Orang Kafir

Jumat, 12 Oktober 2012

Jawaban Atas Tulisan Saudara Abdul Ghafur Al Malanji Oleh: Fadhel Ahmad



Bismillahirrahmanirrahiim
Dari Fadhel Ahmad Untuk Saudara Seiman Abdul Ghafur Al Malanji...

Ini adalah klarifikasi dari tulisan anda yang banyak menyudutkan saya secara sewenang-wenang dan dzalim. Pada dasarnya saya tidak ingin menanggapi tulisan anda, tetapi mengingat tulisan terbaru anda yang termuat di blog (........, sengaja tidak saya sebutkan alamat blog nya karena pada blog tersebut banyak kejanggalan dan menimbulkan permusuhan serta perpecahan ) sangat meresahkan banyak pihak, bukan hanya saya maka saya berupaya untuk menjawab  apa yang anda tulis tentang saya yang mana juga terkait dengan yang lain. Demikian juga tujuannya agar para pembaca blog anda mendapatkan informasi dari dua sudut agar terdapat keberimbangan dalam menilai. Demikian juga sebagai bentuk tanggung jawab dari sikap saya yang anda salahkan tanpa anda berbicara atau berdialog dahulu dengan saya. Maka Saya katakan:
Wahai Saudara Abdul Ghafur....Tidakkah anda menyadari bahwa pada dasarnya anda menampakan kejahilan anda dibalik tulisan yang terkesan ilmiah ini
1.      Anda menilai seseorang berdasarkan teman di Facebook, apakah ada yang bisa dijadikan dalil penilaian seseorang dilihat dari temannya semacam di Facebook, tentu tidak ada...!
Kalau anda berkata: المرئ على دين خليله, Seseorang Itu Diatas Agama Kholilnya....
Tahukah Anda Apa ma’na Kholil?, Kholil adalah teman dekat yang lebih dekat dari Habib...., Lantas bagaimana dengan Teman di Facebook?, Padahal banyak pertemanan di Facebook  yang mana satu sama lain tidak saling kenal...!
2.      Dengan dzolim nya anda Menuduh saya Bertindak tidak adab terhadap Ustadz Qomar Lc tatkala  saya mencantumkan nama beliau dalam profil saya di blog pribadi saya sebagai salah seorang guru saya . Anda pandang hal ini dalam rangka “melariskan” Pandangan saya atau Sikap Saya yang merekomendasi asatidzah yang anda nilai sebagai asatidzah ahlul bid’ah  hizbi.
Saya katakan: Ucapan anda ini dibangun diatas kedzoliman, su’u dzon alias prasangka buruk dan memperkeruh suasana..!

Kamis, 11 Oktober 2012

Seorang Doktor Perempuan asing (non arab) yang berhijab menjawab dengan mudah dan cerdas ketika ditanya tentang jilbab


Seorang Doktor Perempuan asing (non arab) yang berhijab menjawab dengan mudah dan cerdas ketika ditanya tentang jilbab

Sesungguhnya manusia pada zaman purba telajang, dengan bekembangnya pemikiran melewati berbagai zaman , maka manusia mulai memakai pakaian,hingga seperti yang saya pakai sekarang, dan apa yg sy pakai adalah puncak pemikiran, dan tingkatan tertinggi yg telah dicapai manusia setela
h melalui berbagai masa, dan bukanlah bentuk keterbelakangan. Adapun "buka-bukaan" adalah bentuk keterbelakangan dan kemunduran pemikiran manusia ke zaman purba. Kalau seandainya "buka-bukaan" adalah bentuk kemajuan, maka yang paling maju adalah binatang!

Sember: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=325393084225958&set=a.270683429696924.56021.270674023031198&type=1&relevant_count=1
 
Via:  http://www.facebook.com/agus.sartana.3
 

Jumat, 28 September 2012

‘Udzur Atas Kejahilan dalam Permasalahan ‘Aqiidah Oleh: Ustadz Abul Jauzaa


Sebagian orang mengatakan para ulama telah sepakat (ijma’) peniadaan ‘udzur atas kejahilan dalam masalah ‘aqidah, sehingga tidak dipersyaratkan adanya iqaamatul-hujjah (dengan syarat kepahaman terhadap khithaab nash).[1] Pemahaman ini berjangkit di sebagian kelompok takfiriy, sehingga mereka pun serampangan dalam mengkafirkan kaum muslimin yang tidak sepaham dengannya. Tidak lupa, mereka memberikan cap pada orang-orang yang tidak turut mengkafirkan orang yang mereka kafirkan sebagai Murji’ah. Bahkan mereka mengatakan ‘udzur dengan sebab kejahilan adalah perkara bid’ah dalam agama yang diada-adakan oleh orang-orang belakangan.

Benarkah apa yang mereka omongkan tersebut ?.
Jawab : Tidak benar, karena para ulama telah berselisih pendapat dalam permasalahan ini.
Berikut di antara perkataan mereka yang membolehkan adanya ‘udzur dengan sebab kejahilan[2] :
1.     Al-Imaam Asy-Syaafi’iy rahimahullah.
Al-Imaam Asy-Syaafi’iy rahimahullah ketika membahas permasalahan al-asmaa’ wash-shifaat yang telah tsabt dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, berkata :
فإن خالف ذلك بعد ثبوت الحجة عليه، فهو بالله كافر، فأما قبل ثبوت الحجة عليه من جهة الخبر فمعذور بالجهل، لأن علم ذلك لا يدرك بالعقل، ولا بالروية والفكر
“Apabila ia menyelisihi hal itu setelah tegaknya hujjah padanya, maka ia kafir terhadap Allah. Namun jika penyelisihannya itu sebelum tegak hujjah khabar padanya, maka ia diberikan ‘udzur dengan sebab kejahilannya, karena ilmu tentang hal itu tidaklah dicapai dengan akal, pandangan, dan pemikiran” [Thabaqaatul-Hanaabilah, 1/263, Itsbaatu Shifaatil-‘Ulluw li-Ibni Qudaamah no. 90, dan Siyaru A’laamin-Nubalaa’, 10/79-80].

Kamis, 27 September 2012

Fiqih Qurban Oleh: Ustadz Abu Mushlih Ari Wahyudi

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya, Maka shalatlah untuk Rabbmu dan sembelihlah hewan.” (QS. Al Kautsar: 2). Syaikh Abdullah Alu Bassaam mengatakan, “Sebagian ulama ahli tafsir mengatakan; Yang dimaksud dengan menyembelih hewan adalah menyembelih hewan qurban setelah shalat Ied.” Pendapat ini dinukilkan dari Qatadah, Atha’ dan Ikrimah (Taisirul ‘Allaam, 534 Taudhihul Ahkaam, IV/450. Lihat juga Shahih Fiqih Sunnah II/366). Dalam istilah ilmu fiqih hewan qurban biasa disebut dengan nama Al Udh-hiyah yang bentuk jamaknya Al Adhaahi (dengan huruf ha’ tipis)
Pengertian Udh-hiyah
Udh-hiyah adalah hewan ternak yang disembelih pada hari Iedul Adha dan hari Tasyriq dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah karena datangnya hari raya tersebut (lihat Al Wajiz, 405 dan Shahih Fiqih Sunnah II/366)

Keutamaan Qurban
Menyembelih qurban termasuk amal salih yang paling utama. Ibunda ‘Aisyah radhiyallahu’anha menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah anak Adam melakukan suatu amalan pada hari Nahr (Iedul Adha) yang lebih dicintai oleh Allah melebihi mengalirkan darah (qurban), maka hendaknya kalian merasa senang karenanya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim dengan sanad sahih, lihat Taudhihul Ahkam, IV/450)

Sikap Ulama Salaf Terhadap Penentang Sunnah Oleh: Ustadz Qomar Suaidi, Lc

Marah adalah sikap yang segera ditunjukkan para ulama Salaf kepada orang-orang yang suka membantah Sunnah Nabi.
Para ulama Salaf adalah orang-orang yang sangat tinggi ghirah-nya (semangatnya) terhadap Sunnah Nabi. Mereka makmurkan jiwa mereka dengan As Sunnah sehingga tatkala muncul dari seseorang sikap menyangkal As Sunnah atau enggan untuk tunduk terhadap aturan As Sunnah, secara spontan mereka ingkari dengan pengingkaran yang tegas sebagai hukuman dan peringatan. Hal itu nampak jelas dalam kisah-kisah yang sampai kepada kita, di antaranya:
Ketika Abdullah bin Umar c mengatakan: Saya mendengar Nabi bersabda:
“Jangan kalian larang istri-istri kalian ke masjid jika mereka minta ijin ke sana,”
maka Bilal bin Abdillah mengatakan: ‘Demi Allah aku sungguh-sungguh akan melarang mereka.’ Maka Abdullah bin Umar c menghadap kepadanya dan mencaci makinya. (Yang meriwayatkan kisah ini mengatakan: ‘Saya tidak pernah mendengar dia mencaci maki seperti itu sama sekali.’). Dan mengatakan, aku katakan kepadamu ‘Bersabda Rasulullah’ lalu kamu katakan ‘Demi Allah aku akan melarang mereka?!’ (Shahih, HR. Muslim no. 988)

Mereka Menghina Manusia Pilihan Oleh: Ustadz Ja'far Shalih






Sungguh Allah telah menganugrahkan kepada ummat ini hidayah dengan diturunkan kepada mereka Al Qur’an. Sebuah kitab yang Allah jadikan sebagai petunjuk dan pedoman dalam segala situasi dan keadaan. Andaikan ummat ini konsisten dalam berpedoman kepadanya pastilah kebahagiaan dan kedamaian yang akan mereka raih bukan selainnya.
Allah berfirman, “Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. 17:9)
Akan tetapi jauhnya mereka (muslimin) dari petunjuk ini menjadikan mereka terjerumus ke dalam jerat-jerat syaithan yang membinasakan. Seperti peristiwa yang terjadi belum lama ini. Ummat Islam di banyak negara rama-ramai berdemonstrasi memprotes pembuatan film yang melecehkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam hingga mengakibatkan jatuhnya banyak korban dan kerugian dari pihak kaum muslimin sendiri.

Rabu, 26 September 2012

SIAPA SEBENARNYA PEMBANGKIT RADIKALISME DAN TERORISME MODERN DI TENGAH UMAT ISLAM? Oleh : Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA

Dunia internasinal secara umum dan negeri-negeri Islam secara khusus, telah digegerkan oleh ulah segelintir orang yang menamakan dirinya sebagai pejuang kebenaran. Dahulu, banyak umat Islam yang merasa simpatik dengan ulah mereka, karena sasaran mereka adalah orang-orang kafir, sebagaimana yang terjadi di gedung WTC pada 11 September 2001. Akan tetapi, suatu hal yang sangat mengejutkan, ternyata sasaran pengeboman dan serangan tidak berhenti sampai di situ. Sasaran terus berkembang, sampai akhirnya umat Islam pun tidak luput darinya. Kasus yang paling aktual ialah yang menimpa Pangeran Muhammad bin Nayif Alus Sa'ûd, Wakil Menteri Dalam Negeri Kerajaan Saudi Arabia.

Dahulu, banyak kalangan yang menuduh bahwa pemerintah Saudi berada di belakang gerakan tidak manusiawi ini. Mereka menuduh bahwa paham yang diajarkan di Saudi Arabia telah memotivasi para pemuda Islam untuk bersikap bengis seperti ini. Akan tetapi, yang mengherankan, tudingan ini masih juga di arahkan ke Saudi, walaupun telah terbukti bahwa pemerintah Saudi termasuk yang paling sering menjadi korbannya?

Selasa, 25 September 2012

Berwisata di Kesejukan Banyu Windu Limbangan Kendal



Desa Banyu Windu menawarkan wisata hijau. Mengamati pergerakan burung atau kehidupan kupu-kupu sambil menikmati kesejukan hawa pegunungan.

Setelah menempuh kurang lebih tiga jam perjalanan darat dari kota Semarang, saya akhirnya tiba di Desa Limbangan. Desa yang sejuk ini masih termasuk dalam wilayah administrasi kota Kendal, Jawa Tengah. Letaknya persis berada di lereng sebelah barat gunung Ungaran.

Minggu, 23 September 2012

(LENGKAP) KISAH YA’JUJ WA MA’JUJ & TEMBOK BENTENG DZULQORNAIN : Apakah mereka sudah ada sekarang? Dimanakah Lokasi Ya’juj & Ma’juz apakah di Rusia-Soviet/China? | Benarkah mereka adalah bangsa Mongol (Tartar)?

Sifat-sifat dan Ciri “Bangsa Ya’juj Wa Ma’juj” : Mereka adalah manusia keturunan Adam, jumlahnya sangat besar, perusak, tidak pandai berbicara dan tidak fasih, bermata kecil (sipit), berhidung kecil, lebar mukanya, merah warna kulitnya seakan-akan wajahnya seperti perisai

Mengenal Ya’juj dan Ma’juj

Kemunculan sebuah bangsa yang akan menciptakan kekacauan serta kerusakan di muka bumi telah ditakdirkan Allah subhanahuwata’ala sebagai salah satu penanda kiamat besar. Siapakah dan bagaimanakah mereka?
Di dalam beberapa hadits tentang tanda-tanda hari kiamat kubra, disebutkan ada sepuluh tanda hari kiamat. Di antaranya adalah keluarnya Ya`juj wa Ma`juj. Berita tentang keluarnya Ya`juj wa Ma`juj bukan hanya mutawatir, bahkan disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 96-97: Hingga apabila dibukakan (dinding) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah datangnya janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata): “Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang dzalim.” Ibnu Katsir rahimahullahu menerangkan: mereka adalah dari keturunan Adam ‘alaihissalam dari keturunan Nabi Nuh ‘alaihissalam, dari anak keturunan Yafits yakni nenek moyang bangsa Turki yang terisolir oleh benteng tinggi yang dibangun oleh Dzulqarnain.

Sabtu, 22 September 2012

Fatwa MUI Pusat Tentang Pluralisme

KEPUTUSAN FATWA
MAJELIS ULAMA INDONEISA
Nomor : 7/MUNAS VII/MUI/II/2005
Tentang
PLURALISME, LIBERALISME DAN SEKULARISME AGAMA

Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada 19-22 Jumadil Akhir 1246 H. / 26-29 Juli M.;
MENIMBANG :
  1. Bahwa pada akhir-akhir ini berkembang paham pluralisme agama, liberalisme dan sekularisme serta paham-paham sejenis lainnya di kalangan masyarakat;
  2. Bahwa berkembangnya paham pluralisme agama, liberalisme dan sekularisme serta dikalangan masyarakat telah menimbulkan keresahan sehingga sebagian masyarakat meminta MUI untuk menetapkan Fatwa tentang masalah tersebut;
  3. Bahwa karena itu , MUI memandang perlu menetapkan Fatwa tentang paham pluralisme, liberalisme, dan sekularisme agama tersebut untuk di jadikan pedoman oleh umat Islam.

Kamis, 20 September 2012

Cara Mudah Memahami Fiqh Haji Oleh : Ust. Sofyan Chalid

بسم الله الرحمن الرحيم

Memahami fiqh haji dalam waktu kurang lebih 1 menit dalam 6 poin berikut:

    Tanggal 8 Dzulhijjah: Melakukan ihram, pergi ke Mina sebelum zhuhur. Sholat zhuhur, ashar, maghrib, isya’ dan shubuh di Mina (dengan mangqoshor sholat 4 raka’at menjadi dua raka’at tanpa dijama’), mabit (bermalam) di Mina.
    Tanggal 9 Dzulhijjah: Setelah terbit matahari pergi ke Arafah, sholat zhuhur dan ashar, dijama’ taqdim dan diqoshor dengan satu adzan dan dua iqomah. Berdiam di Arafah sambil berdzikir dan doa sampai terbenam matahari. Jika telah terbenam matahari, pergi ke Muzdalifah untuk bermalam di sana. Lakukan sholat maghrib dan isya’ dijama’ dan diqoshor, lalu bermalam di Muzdalifah dan sholat shubuh di sana.
    Tanggal 10 Dzulhijjah: Pergi ke Mina sebelum terbit matahari, melempar jamroh ‘aqobah, menyembelih hadyu, memendekkan atau mencukur rambut, thawaf ifadhah dan sa’yu, mabit di Mina.
    Tanggal 11 Dzulhijjah: Jika matahari telah tergelincir, melempar tiga jamrah, dimulai dari jamroh sughro (yang terletak di samping masjid Al-Khaif), lalu jamroh wustho, lalu jamroh kubro (yang dikenal dengan jamroh ‘aqobah). Kembali mabit di Mina.
    Tanggal 12 Dzulhijjah: Melakukan amalan yang sama dengan tanggal 11 Dzulhijjah. Kembali mabit di Mina, kecuali bagi yang telah berniat untuk bersegera mengakhiri amalan hajinya (mengambil nafar awwal), hendaklah melakukan thawaf wada’.
    Tanggal 13 Dzulhijjah: Melakukan amalan yang sama dengan amalan tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah lalu melakukan thawaf wada’.

Selasa, 18 September 2012

Kriteria Negara Islam Menurut Ahlussunnah Wal Jama’ah

Bismillah
Sebuah negara, walaupun bermasyarakat plural (majemuk) dan mempunyai perbedaan agama dan budaya, namun apabila mayoritas rakyatnya beragama Islam, dipimpin oleh penguasa yang beragama Islam, keselamatan, kekuatan dan pertahanan masih dikuasai oleh pemimpin Islam, pemimpinnya masih mendirikan solat, laungan suara azan masih terus berkumandang dan penguasa masih menguasai urusan kaum Muslimin, maka ia dinamakan negara Islam. Petanda negara Islam yang dijelaskan oleh Imam Nawawi dan Imam Ahmad yang disebut di atas, dalilnya diambil dari beberapa buah hadis sahih, antaranya sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam:
“Akan ada selepas peninggalanku nanti pemimpin yang kamu mengenalinya dan mengingkari kejahatannya, maka sesiapa yang mengingkari kejahatannya (bermakna) dia telah berlepas diri dan sesiapa yang membenci kejahatannya dia telah selamat, akan tetapi orang yang meredhai kejahatannya akan mengikuti kejahatannya. Apakah tidak kita perangi mereka dengan pedang (wahai Rasulullah!) ? Baginda menjawab: Jangan! Selagi mereka masih mendirikan solat di kalangan kamu”. (Hadis Riwayat Muslim 6/23)

Sabtu, 15 September 2012

(GAMBAR LENGKAP) PANDUAN & CARA PENGURUSAN JENAZAH DALAM ISLAM : Tata cara memandikan,mengkafani dan menguburkan jenazah/mayyit sesuai tuntunan syariat disertai ilustrasi gambar pendukungnya | (DOWNLOAD GRATIS) KAJIAN MP3 TATACARA PENGURUSAN JENAZAH SESUAI SUNNAH YANG SYAR”IE | Al Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi,Lc

Tata Cara Pengurusan Jenazah [disertai gambar!] & (DOWNLOAD GRATIS) KAJIAN MP3 TATACARA PENGURUSAN JENAZAH SESUAI SUNNAH YANG SYAR”IE |Al Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaim,Lc

Berikut ini kami sajikan kepada anda secara ringkas tata cara mengkafani, memandikan dan menguburkan jenazah sesuai tuntunan syariat disertai ilustrasi gambar pendukungnya. Semoga bermanfaat.

A. TATA CARA MEMANDIKAN JENAZAH

1. Alat dan bahan yang dipergunakan
alat & bahan
Alat-alat yang dipergunakan untuk memandikan jenazah adalah sebagai berikut:
- Kapas
- Dua buah sarung tangan untuk petugas yang memandikan
- Sebuah spon penggosok
- Alat penggerus untuk menggerus dan menghaluskan kapur barus – Spon-spon plastik
- Shampo
- Sidrin (daun bidara)
- Kapur barus
- Masker penutup hidung bagi petugas
- Gunting untuk memotong pakaian jenazah sebelum dimandikan
- Air
- Pengusir bau busuk dan  Minyak wangi
 >Daun Sidr (Bidara)

Jumat, 14 September 2012

Buku Putih Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab

بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah semata. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Dari dulu hingga sekarang, perdebatan serta perbincangan seputar Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah dan jalan dakwahnya, terus berkecamuk antara mereka yang pro dan yang kontra.
Dan yang mengherankan dari dakwaan mereka yang kontra -yang melontarkan tuduhan-tuduhan kepada Syaikh- adalah: omongan mereka yang kosong dari dalil berupa bukti dari perkataan Syaikh atau tulisan beliau di dalam kitab-kitabnya, yang ada hanyalah tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh orang-orang yang terdahulu, lalu ‘difotokopi’ oleh para pewaris mereka.
Kami kira setiap orang yang obyektif sepakat bahwa jalan yang paling tepat untuk mengenal hakikat pemikiran seseorang adalah dengan cara kembali langsung kepada orang tersebut atau kepada referensi-referensi yang otentik.
Alhamdulillah tulisan-tulisan serta ucapan-ucapan Syaikh (Muhammad bin Abdul Wahhab -ed) sampai saat ini masih ada dan mudah untuk didapatkan. Dengan menelaah tulisan-tulisan tersebut, benar tidaknya isu-isu yang sementara ini tersebar di masyarakat akan terlihat. Adapun tuduhan-tuduhan yang tanpa bukti, maka ini bagaikan fatamorgana yang tidak ada hakikatnya.
Di tulisan ini, kami akan memaparkan ucapan-ucapan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang kami nukil dengan penuh amanah dari referensi-referensi otentik yang menghimpun perkataan-perkataan beliau. Peran kami dalam buku ini hanyalah sebagai penyusun.